Selasa, 15 September 2020

Bangunan Demokrasi Manggarai Barat Semakin Terdistorsi oleh kepentingan Pragmatisme



Kekuatan otonomi lokal yang kian kesini  kian berafiliasi dengan kepentingan yang proporsisonal komersil dan belum berbasis pada aspirasi masyarakat. Realitas ini semakin kontra produktif dengan penguatan demokrasi lokal yang berotonom. Tidak salah peradaban manusia yang berada di bawah sistem demokrasi menyembunyikan kepentingan dibalik sebuah kalimat politik dan dihibur dengan kalimat demokrasi. Padahal orientasi ideal yang mengacu pada demokratisasi  dalam kehidupan bernegara  yaitu adanya jaminan mekanisme kontrol dari masyarakat. Tapi pada kata politik ada janji  yang belum tentu ada jaminan kontrol dari masyarakat agar apa yang dinamakan dengan janji politik itu tidak hanya menjadi bunga mekar kesiangan pada saat pesta demokrasi.

Tebar pesona dari setiap petarung seakan harum disaat pesta demokrasi hingga publi terlena dengan wangi yang mempesona dari janji politik. Tapi pada realitasnya nanti masyarakat tidak punya alat kontrol sebagai penjamin, hanya bermodalkan asas dasar saling percaya sebagai kontrak kesepahaman pilihan dalam demokrasi. Kata demokrasi tetap aman pada posisinya namun kata politik terus berevolusi untuk menggerogoti demokrasi dengan berbagai macam kepentingan yang pragmatis. Lebih sangat berakhlak bila kepentingan yang berevolusi dalam kata politik itu adalah janjinya yang menjadi harapan masyarakat dan lebih berakhlak lagi bila itu nantinya akan terwujud serta pro rakyat. Namun kali ini rakyat seharusnya kian cerdas dan tak boleh jauh dari harapan, meskipun dari sejumlah pilihan yang ada banyak diwarnai dengan pragmatisme politik dalam melahirkan pemimpin. 


Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah dampak dari terdistorsinya Demokrasi lokal Kita oleh kepentingan pragmatisme politik itu bagi kepemimpinan masa depan ?

Mari Dan coba kita menelusuri makna pragmatisme politik dalam referensi berikut dan pengalaman sejarah yang kemudian mendorong gaya kepemimpinan yang jauh dari konsep demokratis – partisipatif.
Menurut John McGowan (2012) yang menulis tentang “Pragmatist Politics” mengemukakan, di zaman sinisme saat ini kita perlu mencermati secara tepat perkembangan pragmatisme politik. Meskipun dalam bukunya Itu menggambarkan tentang pemikiran demokrasi dan pendekatan pragmatisme bangsa Amerika, namun studi ini sangat relevan menjadi pembanding dalam menatap perkembangan politik di Indonesia Dan terlebih khusus dalam perkembangan Demokrasi politik lokal Manggarai Barat. Artinya kepentingan pragmatisme politik bagi banyak negara yang sekarang juga diadopsi kedalam negeri maupun daerah saat ini bukanlah sesuatu yang diharamkan, akan tetapi mungkin saja bisa terjadi karena pemaknaan liberalisme yang dinamis menjadikan politik sebagai sarana meraih keuntungan sepihak dan kepentingan derivatif. Kultur politik seperti ini yang mengakibatkan terdistorsinya Demokrasi politik lokal khususnya dalam menyambut Pesta Demokrasi daerah Manggarai Barat.

Pesta demokrasi Mabar yang sebentar lagi di selenggarakan pada 9 Desember nanti sudah memberikan sinyal Politik yang dimana agen politik daerah tidak diberikan keleluasaan untuk menentukan kebijakan dan arah geraknya sendiri namun selalu diawasi dan dipetakan oleh rumah produksi politik pusat. Ini adalah sinyal awal terdistorsinya ajang pesta demokrasi Manggarai Barat. Sinyal ini memberikan kode pada kata “Demokrasi” untuk tidak berevolusi seperti kata “Politik”. 

#Salam Demokrasi
#kedaulatan demokrasi adalah rakyat
#Penulis: Benediktus Homari Batang. 

Minggu, 13 September 2020

Pagi Dan Kopi

    Selain Keindahan yang disuguhkan oleh Alam yang indah di Timur tapi cita rasa Kopi lokal yang khas juga selalu mewarnai Pagi. Masyarakat Indonesia TIMUR sangat bergairah untuk mengawali harinya dengan suguhan wangi secangkir kopi yang Setia menyemangati. Kopi Tora Bika Flores Manggarai mempunyai cita Rasa yang khas dengan olahan yang tradisionalnya. Kebiasaan dan bahkan sudah menjadi Bagian dari kebudayaan Manggarai bila dipagi hari sebelum ke ladang para petani pasti disuguhkan dengan secangkir kopi dan ubi. Hal ini sudah menjadi suatu keindahan tersendiri dalam kehidupan sosial di Manggarai. Orang Tua memanfaatkan Pagi hari sebelum beraktivitas dengan Secangkir kopi dan Ubi untuk membentuk keakraban dalam sebuah keluarga. Itulah salah satu manfaat tersembunyi dari Secangkir kopi di Flores Manggarai Nusa Tenggara Timur.

    Indonesia yang kaya akan Budaya Serta hasil Buminya selalu menyapa kekayaanya sebagai kelemahan, hal ini yang menyebabkan potensi lokal tidak termanfaatkan secara maksimal. Karena hal itu Juga konsentrasi pengelolaan Sumber daya Alam lokal Indonesia tidak maksimal. Ketergantungan Pada pola Konsumsi Itu yang membuat Bangsa Indonesia tetap terus saja berkembang. Berharap tangan Kasih Pemerintah dalam pengelolaan Dan pemberdayaan Sumber daya lokal tersebut. Pentingnya pendampingan Pemerintah dalam pengelolaan potensi lokal ini untuk membentuk sistem Dan jejaring agar potensi-potensi hasil tani ini tidak termarginal Dan menjadi sarang didaerahnya. 

    Tidak hanya Kopi tapi masih banyak potensi hasil tani lainya yang Masih mengeram Dan membutuhkan koneksi untuk menjangkau akses sehingga hasil-hasil tani lokal Itu tidak hanya menetas di sarangnya tetapi Juga berjalan mencari suaka Serta pencinta baru. Ditengah era baru ini Pemerintah berakselerasi mengejar ketertinggalan akibat wabah Pandemi yang Tak kunjung berakhir. Milenial Indonesia Timur bersuara agar Pemerintah mulailah berakselerasi dengan potensi-potensi hasil tani lokal bukan hanya Kopi tapi Masih banyak Lainnya.

#umumIndonesia#NusaTenggaraTimur

#ManggaraiRaya

#Kopi Bermanfaat untuk keakraban Keluarga 

#Seruput Kopi Pagi ☕

Penulis: Nedi Rabun


 







 

PESTA DEMOKRASI DI DESA YANG BERMUARA PADA FRAGMENTASI SOSIAL MASYARAKAT (STUDI KASUS: DESA SEPANG)

Saya Anak Desa Sepang: Benediktus H. Batang   Saya Benediktus H. Batang generasi masyarakat Desa Sepang yang sedang dalam proses menempuh pe...