Cita-cita
sang fajar yang terbit dari timur kian tahun kian meredup sejalan dengan
meningkatnya pola primordialisme yang terus dipolarisasi dengan materi politik
yang bertentangan dengan dimensi ruang pada tubuh demokrasi. Produk akademik
dan intelektual yang bersinar dari ufuk timur terus memancarkan cahaya untuk
negeri, cahaya sang fajar itu memilki resolusi yang sama dengan sinar mentari
yang enggan terbenam meski sudah di ufuk barat. Demokrasi memang sudah
memberikan energi pada tubuh sang fajar untuk bersinar dengan cahayanya namun
keindahan yuridiksi itu masih dinikmati oleh mentari yang bersinar dengan warna
pelanginya. Krisis materi pada tubuh demokrasi itu mengurungkan cita-cita sang
fajar, negeriku dari sabang sampai marauke kapankah engkau merestui fajar
menerangi langkahmu. Pergeseran ruang demokrasi yang terus dipersempit dengan teori
imperialisme yang mengatasnamakan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat.
Gambar Apa Ini ? Cepat Hapus !!! Perintah Mentari.
Bagaiman yuridiksi spekulan tanah ini, yang terus mencari dukungan para pangeran dan ratu kapitalis serta kembali sosialis dengan argumen-argumen konservative agar cahaya mentari tetap bersinar dengan warna pelangi. Maaf sang fajar teruslah berharap pada keindahan demokrasi yang terus dicita-citakan seperti keadilan, kemakmuran, kesejahteraan yang Utopia.
#Fajar Timur
#Krisis Demokrasi
#Utopia
Penulis : Benediktus H. Batang